Takbir keliling
TAKBIR BERJAMAAH & TAKBIR KELILING
Oleh ustadz Tamam Reyadi
.
Bertakbir di malam hari raya merupakan kesunnahan yang perlu dilestarikan dan dilakukan untuk menampakkan syiar Islam, baik dilakukan secara perorangan ataupun secara berkelompok, di rumah atapun di tempat-tempat ibadah, di jalan-jalan atau bahkan di pasar-pasar.
Demikian keterangan yang tertulis melalui pena ulama terdahulu dan tak satupun dari mereka yang menilainya sebagai tindakan yang mengada-ada, sebagaimana tercatat di kitab Shahih Al-Bukhari, Juz II, Ha. 20 (Maktabah Syamilah Apk.) :
صحيح البخاري ج ٢ ص ٢٠ المكتبة الشاملة
وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ المَسْجِدِ، فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا» .
Artinya: “Shahabat Umar bertakbir di qubahnya yang berada di tanah Mina, lalu penduduk masjid mendengarnya, dan kemudian mereka bertakbir, dan penduduk pasar bertakbir sehingga tanah Mina bergema dengan suara takbir”.
٩٧١ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ حَفْصَةَ، عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ، قَالَتْ: «كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ العِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ البِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الحُيَّضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ، فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ اليَوْمِ وَطُهْرَتَهُ» .
Artinya: 971 - Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh, berkata: Telah menceritakan kepada kami yaitu Ayahku dari Ashim dari Hafshah dari Ummi Athiyyah, berkata: “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para wanita-wanita yang masih gadispun diperintah keluar dari rumahnya, begitu juga wanita-wanita yang sedang haidh, dan mereka berjalan dibelakang para manusia (kaum pria) kemudian para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia (kaum pria) dan berdoa dengan doanya para manusia serta mereka semua mengharap keberkahan dan kesucian hari raya tersebut”.
Demikian juga Imam Syafi'i dalam kitabnya “Al-Umm” Juz I, Hal. 264 (Maktabah Syamilah Apk.) mengatakan:
الأم للشافعي ج ١ ص ٢٦٤ المكتبة الشاملة
(قَالَ الشَّافِعِيُّ) : فَإِذَا رَأَوْا هِلَالَ شَوَّالٍ أَحْبَبْتُ أَنْ يُكَبِّرَ النَّاسُ جَمَاعَةً، وَفُرَادَى فِي الْمَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ، وَالطُّرُقِ، وَالْمَنَازِلِ، وَمُسَافِرِينَ، وَمُقِيمِينَ فِي كُلِّ حَالٍ، وَأَيْنَ كَانُوا، وَأَنْ يُظْهِرُوا التَّكْبِيرَ، وَلَا يَزَالُونَ يُكَبِّرُونَ حَتَّى يَغْدُوَا إلَى الْمُصَلَّى، وَبَعْدَ الْغُدُوِّ حَتَّى يَخْرُجَ الْإِمَامُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَدَعُوا التَّكْبِيرَ، وَكَذَلِكَ أُحِبُّ فِي لَيْلَةِ الْأَضْحَى لِمَنْ لَمْ يَحُجَّ. إهـ
(Al-Syafi'i berkata) : Lantas apabila mereka telah melihat hilal Syawwal, Aku senang orang-orang pada bertakbir secara bersama-sama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, jalan, rumah, saat bepergian atau bermukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada dan mereka menampakkan takbir, dan mereka senantiasa bertakbir hingga masuk waktu pagi berangkat ke mushalla dan imam keluar untuk melakukan shalat kemudian mereka meninggalkan takbir. Dan demikian juga Aku senang pada malam raya Adh_ha bagi orang yang tidak berhaji. Selesai
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Lantas, bagaimana hukumnya bila dilakukan dengan cara keliling dan berkonvoi menggunakan kendaraan di jalanan?
Maka terlepas dari prihal bertakbir secara berjamaah, dalam hal ini boleh dilakukan dengan beberapa ketentuan, yakni :
✔ Tidak menyebabkan dampak negatif terhadap pengguna jalan yang lain, seperti menimbulkan kemacetan yang parah sehingga pengguna jalan tidak dapat mentolelirnya.
✔ Tidak menguasai badan jalan sehingga pengguna jalan lain tidak bisa lewat.
✔ Mendapat izin dari pihak yang berwenang untuk mengadakan aktivitas tersebut.
Sehingga jika ketentuan tersebut tidak terpenuhi maka hukum konvoinya haram, dan takbirnya tetap pada hukum asalnya.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
الفقه الإسلامي وأدلته ج ٦ ص ٤٦٧٧ المكتبة الشاملة
فإن كان الطريق عاماً: فلكل إنسان حق الانتفاع به، لأنه من المباحات، سواء بالمرور، أو بفتح نافذة
Oleh ustadz Tamam Reyadi
.
Bertakbir di malam hari raya merupakan kesunnahan yang perlu dilestarikan dan dilakukan untuk menampakkan syiar Islam, baik dilakukan secara perorangan ataupun secara berkelompok, di rumah atapun di tempat-tempat ibadah, di jalan-jalan atau bahkan di pasar-pasar.
Demikian keterangan yang tertulis melalui pena ulama terdahulu dan tak satupun dari mereka yang menilainya sebagai tindakan yang mengada-ada, sebagaimana tercatat di kitab Shahih Al-Bukhari, Juz II, Ha. 20 (Maktabah Syamilah Apk.) :
صحيح البخاري ج ٢ ص ٢٠ المكتبة الشاملة
وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، «يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى فَيَسْمَعُهُ أَهْلُ المَسْجِدِ، فَيُكَبِّرُونَ وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الأَسْوَاقِ حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا» .
Artinya: “Shahabat Umar bertakbir di qubahnya yang berada di tanah Mina, lalu penduduk masjid mendengarnya, dan kemudian mereka bertakbir, dan penduduk pasar bertakbir sehingga tanah Mina bergema dengan suara takbir”.
٩٧١ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ حَفْصَةَ، عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ، قَالَتْ: «كُنَّا نُؤْمَرُ أَنْ نَخْرُجَ يَوْمَ العِيدِ حَتَّى نُخْرِجَ البِكْرَ مِنْ خِدْرِهَا، حَتَّى نُخْرِجَ الحُيَّضَ، فَيَكُنَّ خَلْفَ النَّاسِ، فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ، وَيَدْعُونَ بِدُعَائِهِمْ يَرْجُونَ بَرَكَةَ ذَلِكَ اليَوْمِ وَطُهْرَتَهُ» .
Artinya: 971 - Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh, berkata: Telah menceritakan kepada kami yaitu Ayahku dari Ashim dari Hafshah dari Ummi Athiyyah, berkata: “Kami diperintahkan untuk keluar pada hari raya sehingga para wanita-wanita yang masih gadispun diperintah keluar dari rumahnya, begitu juga wanita-wanita yang sedang haidh, dan mereka berjalan dibelakang para manusia (kaum pria) kemudian para wanita tersebut mengumandangkan takbir bersama takbirnya manusia (kaum pria) dan berdoa dengan doanya para manusia serta mereka semua mengharap keberkahan dan kesucian hari raya tersebut”.
Demikian juga Imam Syafi'i dalam kitabnya “Al-Umm” Juz I, Hal. 264 (Maktabah Syamilah Apk.) mengatakan:
الأم للشافعي ج ١ ص ٢٦٤ المكتبة الشاملة
(قَالَ الشَّافِعِيُّ) : فَإِذَا رَأَوْا هِلَالَ شَوَّالٍ أَحْبَبْتُ أَنْ يُكَبِّرَ النَّاسُ جَمَاعَةً، وَفُرَادَى فِي الْمَسْجِدِ وَالْأَسْوَاقِ، وَالطُّرُقِ، وَالْمَنَازِلِ، وَمُسَافِرِينَ، وَمُقِيمِينَ فِي كُلِّ حَالٍ، وَأَيْنَ كَانُوا، وَأَنْ يُظْهِرُوا التَّكْبِيرَ، وَلَا يَزَالُونَ يُكَبِّرُونَ حَتَّى يَغْدُوَا إلَى الْمُصَلَّى، وَبَعْدَ الْغُدُوِّ حَتَّى يَخْرُجَ الْإِمَامُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَدَعُوا التَّكْبِيرَ، وَكَذَلِكَ أُحِبُّ فِي لَيْلَةِ الْأَضْحَى لِمَنْ لَمْ يَحُجَّ. إهـ
(Al-Syafi'i berkata) : Lantas apabila mereka telah melihat hilal Syawwal, Aku senang orang-orang pada bertakbir secara bersama-sama dan sendiri-sendiri, baik di masjid, pasar, jalan, rumah, saat bepergian atau bermukim dan setiap keadaan dan di manapun mereka berada dan mereka menampakkan takbir, dan mereka senantiasa bertakbir hingga masuk waktu pagi berangkat ke mushalla dan imam keluar untuk melakukan shalat kemudian mereka meninggalkan takbir. Dan demikian juga Aku senang pada malam raya Adh_ha bagi orang yang tidak berhaji. Selesai
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Lantas, bagaimana hukumnya bila dilakukan dengan cara keliling dan berkonvoi menggunakan kendaraan di jalanan?
Maka terlepas dari prihal bertakbir secara berjamaah, dalam hal ini boleh dilakukan dengan beberapa ketentuan, yakni :
✔ Tidak menyebabkan dampak negatif terhadap pengguna jalan yang lain, seperti menimbulkan kemacetan yang parah sehingga pengguna jalan tidak dapat mentolelirnya.
✔ Tidak menguasai badan jalan sehingga pengguna jalan lain tidak bisa lewat.
✔ Mendapat izin dari pihak yang berwenang untuk mengadakan aktivitas tersebut.
Sehingga jika ketentuan tersebut tidak terpenuhi maka hukum konvoinya haram, dan takbirnya tetap pada hukum asalnya.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
الفقه الإسلامي وأدلته ج ٦ ص ٤٦٧٧ المكتبة الشاملة
فإن كان الطريق عاماً: فلكل إنسان حق الانتفاع به، لأنه من المباحات، سواء بالمرور، أو بفتح نافذة
Komentar
Posting Komentar